SIBOLGA-
Herison
Hutabarat (43) tewas bersimbah darah ditikam adik kandungnya, Amos Hutabarat
(30), di depan kedainya di Jl Enggang Rawang I, Kel. Aek Muara Pinang, Sibolga
Selatan, Sabtu (1/11) sekira pukul 20.30 WIB.
Mekson Nainggolan
(49), saksi mata yang melihat persis kejadian naas yang menghilangkan nyawa
ayah 3 anak tersebut mengatakan, kejadian itu itu bermula ketika korban yang
sedang menjaga kedai tuaknya mendengar suara cekcok dari rumah orangtuanya yang
berjarak sekitar 10 meter.
Anak pertama
dari 6 bersaudara ini kemudian mendatangi keributan tersebut. Dan berselang
beberapa menit, korban kembali ke kedainya. Namun tak diketahui apa penyebab
terjadinya percekcokan di rumah orangtuanya.
"Dia
(korban) mendengar adik-adiknya ribut di rumah orangtuanya. Mungkin karena dia
anak tertua, dia pun datang menghampiri. Tak tahu apa yang terjadi di sana , karena tidak
beberapa lama kemudian korban kembali ke kedainya," ungkap Mekson.
Dia
menambahkan, korban kemudian bergegas mengambil sepedamotornya hendak pergi ke
suatu tempat. Tiba-tiba saja, Amos, adiknya terlihat berlari menghampiri korban
yang sudah berada di atas sepedamotor. Keduanya terlibat cekcok hingga terjadi
pergulatan antara keduanya.
"Nggak
tahu kita dia (korban) mau ke mana saat itu. Mungkin saja mau pergi melapor ke
kawan semarganya tentang percekcokan itu. Tiba-tiba saja dengan berlari
terburu-buru Amos yang kesehariannya bekerja sebagai pelaut itu mengejarnya dan
menghampirinya di atas kereta (sepeda motor). Sempat juga Amos terjatuh saat
berlari. Lalu mereka bergulat di atas tanah," bebernya.
Masih kata
Mekson, seorang warga sekitar bermarga Lase sempat berusaha melerai keduanya
saat melihat Amos mengeluarkan sebilah pisau dari pinggangnya. Warga yang
menyaksikan melihat korban sudah bersimbah darah. Tak diketahui kapan Amos
menghujamkan pisaunya ke dada abangnya.
"Mungkin
pas bergulat itu, dia (korban) ditusuk. Karena tiba-tiba sudah keluar darah
banyak sekali dari dadanya," kata Mekson.
Korban sempat
berdiri dan berjalan menghampiri warga sambil mengatakan, “Kalau dia sudah kena
tikam.” "Sempat dia (korban) berjalan katanya sudah kena tikam, kepada
warga yang dihampirinya. Mungkin dia mau minta tolong," papar Mekson.
Beberapa anak
muda sekitar yang melihat korban bersimbah darah kemudian membawanya ke rumah
sakit. Sebelum sampai di rumah sakit, korban menghembuskan nafas terakhirnya.
"Langsung
dibawa naik becak ke rumah sakit Metta Medika. Ternyata sampai di rumah sakit,
dokter bilang sudah meninggal," ucapnya.
Sementara
pelaku saat itu tidak langsung melarikan
diri. Ia masih terlihat ribut dengan saudaranya yang lain di dalam rumah
orangtuanya. Setelah mendengar ada warga yang mencoba menelepon pihak
kepolisian, pelaku pun kabur.
“Ada sekitar 10 menit
setelah penikaman dia (pelaku) masih ribut di rumah itu sambil megang-megang
parang dan memukul-mukulkannya ke meja. Dia lari saat mendengar ada warga yang
menelepon polisi,” pungkasnya.
Amatan New
Tapanuli (grup POSMETRO MEDAN) di RS Metta Medika Sibolga, kerumunan warga
memadati pelataran parkir rumah sakit ingin melihat langsung jenazah korban.
Sedangkan pihak kepolisian langsung membawa jenazah untuk diotopsi sebelum
kemudian dibawa pulang ke rumahnya.
Sementara
Kapolres Sibolga, AKBP Guntur Agung Supono bersama personelnya langsung
bergerak mencari pelaku.
>>>Sudah Sering Cekcok
Warga sekitar
juga mengakui kalau sebelumnya keluarga korban sudah sering cekcok. Korban
membuka kedai tuak persis di depan rumah orangtuanya. Untuk menghindari
pertikaian, korban kemudian mengalah dan pindah ke sebuah rumah, yang berjarak
sekitar 10 meter dari rumah orangtuanya.
"Kita pun
nggak tahu apa yang mereka ributkan. Tapi yang pasti sudah sering kali mereka
sekeluarga ribut. Jadi bukan kali ini saja pernah cekcok. Sebelumnya korban
berlapo tuak di depan rumah orangtuanya itu. Karena mengalah, biar nggak ribut
lagi, dia pun pindah ke sini," kata seorang pria yang tak ingin
menyebutkan namanya.
Sebelum
kejadian, istri korban sempat melarang untuk tidak menghampiri saudaranya yang
cekcok di rumah orangtuanya. Namun, korban nekat karena merasa sebagai anak
tertua.
“Sebelum
kejadian itu, istrinya sudah melarangnya untuk pergi menghampiri adik-adiknya
yang cekcok itu. Tapi mungkin karena merasa sebagai anak tertua, dia pun nekat
mendatangi rumah itu,” tandasnya. (ts/smg)
No comments:
Post a Comment