SIMALUNGUN -
Mulutmu adalah harimaumu, pribahasa itu lah yang pantas disampaikan kepada
Muhammad Ripai (25) warga Jalan Mawar, Nagori Pamatang Simalungun, Kecamatan
Siantar. Pasalnya, karena cakap kotor kepada abangnya Sumbogo (27), kepala
dicangkul.
Kepada METRO
(grup POSMETRO MEDAN), Ripai mengaku, kejadian itu berawal ketika dia meminta
bantuan kepada Sumbogo. Pagi itu, Sabtu (6/12) sekira pukul 08.00 WIB, Ripai
membangunkan abangnya untuk mengangkat air santan seberat 7 kg, yang jaraknya
ke tempat penyimpanan sekitar 25 meter.
Begitu sampai
di lokasi, saat hendak meletakkan air santan yang ditaruh dalam ember,
dibanting Sumbogo. Akibatnya, sebagian santan tumpah ke lantai.
"Ah, tidak
ikhlasnya kau membantu,... (jenis kelamin pria) lah kau bang," kata Ripai
kepada Sumbogo.
Mendengar
perkataan itu, dengan kondisi masih mengantuk, Sumbogo spontan mengambil
cangkul yang ada di sekitar lokasi (jarak 10 meter). Tanpa banyak tanya,
Sumbogo langsung mencangkul kepala adiknya. Tidak hanya itu, begitu Ripai
tersungkur ke lantai, Sumbogo juga mengayunkan cangkulnya lalu menghantam
pinggang sebelah kiri adiknya itu lagi.
"Dua kali
aku di cangkul sama abangku, hanya karena aku minta bantuan angkat air
santan,"ungkap Ripai.
Mendengar
teriakan Ripai, beberapa warga yang berada di sekitar pabrik tahu itu datang
melerai. Ripai mengaku, saat diamankan warga, Sumbogo sempat berontak dan
berusaha untuk menghajarnya lagi. Beruntung cangkul yang dipakai langsung di
ambil warga. "Kalau tidak datang orang membantu, mungkin aku sudah mati
dibuatnya,”kata Ripai.
Lebih lanjut
diterangkan duda anak satu ini, sejak tiga tahun bekerja di pabrik milik
Goldet, tak lain adalah paman kandung mereka di Jalan Cempaka. Ia merasa sering
ditipu Sumbogo. Katanya, pukul 60.30 WIB, dia sudah tiba di pabrik. Sementara,
Sumbogo, mulai kerja pada pukul 09.00
WIB bahkan sampai pukul 09.30 WIB. Begitupun ia tidak begitu peduli walau
pekerjaan di pabrik adalah tanggungjawab mereka.
Bahkan
biasanya, lanjut Ripai, setiap kali selesai memeras santan, hasilnya dibagi
dua. "Sebelum-sebelumnya juga kami sering ribut bang, bahkan aku sempat
diacam mau dimatikan abangku itu,"kata Ripai lagi.
Waktu itu,
kenang Rifai, kejadian tersebut sekitar setahun silam, sebelum ia cerai dengan
istrinya Ismayani. Ia sempat tak bekerja di pabrik tahu tersebut. Namun tak
berapa lama kemudian, abangnya Sumbogo datang merayunya, supaya bekerja seperti
biasa.
"Kalau
soal gaji, aku sama abangku sama-sama bergaji 50 ribu sehari," kata Ripai
yang mengaku baru enam bulan cerai dengan sang istri.
Disinggung
apakah dirinya jadi membuat pengaduan di Polsek Bangun ?
"Ah pulang
dulu la aku Bang, kalau memang tidak cocok lagi kerja sama abangku, nanti aku
pindah cari tempat kerja lain," katanya.
Akibat dari
kelakuan abangnya itu, Ripai mengalami luka pada bagian lutut sebelah kiri,
bekas tersungkur. Dan mengalami benjol pada kepala bagian kiri dan pinggangnya.
Kanit Reskrim
Polsek Bangun, IPDA Erwin membenarkan kedatangan Ripai ke Polsek Bangun. Namun,
setelah di interogasi petugas terkait rencana laporannya atas kasus penganiyaan
yang masih abangnya itu, Ripai memilih pulang dan batal membuat laporan. "Ini
kasusnya masih hubungan saudara kandung, mungkin korban kasihan ketika abangnya
nanti di penjara. Jadi korban tidak jadi membuat laporan," ujar IPDA
Erwin. (end/smg/han)
No comments:
Post a Comment