Monday, December 8, 2014

Dikatai Cakap Kotor,Abang Cangkul Adik



 SIMALUNGUN - Mulutmu adalah harimaumu, pribahasa itu lah yang pantas disampaikan kepada Muhammad Ripai (25) warga Jalan Mawar, Nagori Pamatang Simalungun, Kecamatan Siantar. Pasalnya, karena cakap kotor kepada abangnya Sumbogo (27), kepala dicangkul.
Kepada METRO (grup POSMETRO MEDAN), Ripai mengaku, kejadian itu berawal ketika dia meminta bantuan kepada Sumbogo. Pagi itu, Sabtu (6/12) sekira pukul 08.00 WIB, Ripai membangunkan abangnya untuk mengangkat air santan seberat 7 kg, yang jaraknya ke tempat penyimpanan sekitar 25 meter.
Begitu sampai di lokasi, saat hendak meletakkan air santan yang ditaruh dalam ember, dibanting Sumbogo. Akibatnya, sebagian santan tumpah ke lantai.
"Ah, tidak ikhlasnya kau membantu,... (jenis kelamin pria) lah kau bang," kata Ripai kepada Sumbogo.
Mendengar perkataan itu, dengan kondisi masih mengantuk, Sumbogo spontan mengambil cangkul yang ada di sekitar lokasi (jarak 10 meter). Tanpa banyak tanya, Sumbogo langsung mencangkul kepala adiknya. Tidak hanya itu, begitu Ripai tersungkur ke lantai, Sumbogo juga mengayunkan cangkulnya lalu menghantam pinggang sebelah kiri adiknya itu lagi.
"Dua kali aku di cangkul sama abangku, hanya karena aku minta bantuan angkat air santan,"ungkap Ripai.
Mendengar teriakan Ripai, beberapa warga yang berada di sekitar pabrik tahu itu datang melerai. Ripai mengaku, saat diamankan warga, Sumbogo sempat berontak dan berusaha untuk menghajarnya lagi. Beruntung cangkul yang dipakai langsung di ambil warga. "Kalau tidak datang orang membantu, mungkin aku sudah mati dibuatnya,”kata Ripai.
Lebih lanjut diterangkan duda anak satu ini, sejak tiga tahun bekerja di pabrik milik Goldet, tak lain adalah paman kandung mereka di Jalan Cempaka. Ia merasa sering ditipu Sumbogo. Katanya, pukul 60.30 WIB, dia sudah tiba di pabrik. Sementara, Sumbogo,  mulai kerja pada pukul 09.00 WIB bahkan sampai pukul 09.30 WIB. Begitupun ia tidak begitu peduli walau pekerjaan di pabrik adalah tanggungjawab mereka.
Bahkan biasanya, lanjut Ripai, setiap kali selesai memeras santan, hasilnya dibagi dua. "Sebelum-sebelumnya juga kami sering ribut bang, bahkan aku sempat diacam mau dimatikan abangku itu,"kata Ripai lagi.
Waktu itu, kenang Rifai, kejadian tersebut sekitar setahun silam, sebelum ia cerai dengan istrinya Ismayani. Ia sempat tak bekerja di pabrik tahu tersebut. Namun tak berapa lama kemudian, abangnya Sumbogo datang merayunya, supaya bekerja seperti biasa.
"Kalau soal gaji, aku sama abangku sama-sama bergaji 50 ribu sehari," kata Ripai yang mengaku baru enam bulan cerai dengan sang istri.
Disinggung apakah dirinya jadi membuat pengaduan di Polsek Bangun ?
"Ah pulang dulu la aku Bang, kalau memang tidak cocok lagi kerja sama abangku, nanti aku pindah cari tempat kerja lain," katanya.
Akibat dari kelakuan abangnya itu, Ripai mengalami luka pada bagian lutut sebelah kiri, bekas tersungkur. Dan mengalami benjol pada kepala bagian kiri dan pinggangnya.
Kanit Reskrim Polsek Bangun, IPDA Erwin membenarkan kedatangan Ripai ke Polsek Bangun. Namun, setelah di interogasi petugas terkait rencana laporannya atas kasus penganiyaan yang masih abangnya itu, Ripai memilih pulang dan batal membuat laporan. "Ini kasusnya masih hubungan saudara kandung, mungkin korban kasihan ketika abangnya nanti di penjara. Jadi korban tidak jadi membuat laporan," ujar IPDA Erwin. (end/smg/han)

No comments:

Post a Comment