Tuesday, December 16, 2014

Kepala Bocor Dilempar Suami



Gara-gara Minta Uang Sekolah Anak

Juliana saat mengadu ke kantor polisi
MEDAN - Sungguh miris nasib Juliana (34). Wanita beranak 6, yang tinggal di Jl Mandailing Pasar 7, Gg Kuini, Desa Tembung, Percut Sei Tuan ini terpaksa melaporkan suaminya lantaran menganiayanya hingga beradah-darah.
Suaminya itu adalah Pangundian Harahap (36) warga Pasar 7, Beringin Gang Jambu, Tembung. Juliana melapor dalam kondisi kening bocor hingga berdarah-darah, lantaran dilempar sepatu berhak tinggi sewaktu membela anaknya yang dihina, Senin (15/12) pukul 15.00 wib. 
Dikisahkannya, dia sudah 2 tahun pisah ranjang dengan suami. Alasannya, ia merasa tak tahan dengan perlakuan sang suami yang kerap ringan tangan dan selalu berkata kotor di hadapan keenam anaknya.
Sejak saat itu, keduanya pun sepakat untuk pisah ranjang. Pelaku pun tinggal ke rumah mertuanya yang jaraknya tak begitu jauh dari tempat tinggal korban. Namun dalam urusan anak, pelaku memberikan uang jajan perharinya dengan jumlah yang tak tentu.
Sayangnya, kewajiban sebagai ayah itu lama-kelamaan sudah tak dihiraukan Pangundian. Sudah beberapa bulan ia tak lagi pernah memberikan jatah jajan bahkan uang sekolah kepada anaknya. Untuk itu, Juliana pun harus memutar otak untuk membiayai hidup dan sekolah bagi ke 4 putranya.
Karena anaknya kerap menanyakan uang sekolah dan ayahnya, membuat Julian semakin bingung. Dari jendela rumahnya, ia lantas melihat keberadaan Pangundian yang masih berada di rumahnya. Mengetahui suaminya berada di rumah mertuanya, Juliana lantas menyuruh anaknya datang menemui ayahnya.
"Dia (Pangundian) Sopir angkot. Pas anak ku yang kelas 3 SMP belum bayar uang sekolah dan nanyain ayahnya. Terus ku lihat dari jendela rumah. Rupanya ada ayahnya di rumah mertua ku. Kubilanglah sama anak ku, 'itu ayah mu. Mintak lah sama dia'. Makanya aku dan anak ku ke sana datang minta uang anakku yang sudah satu setengah bulan tak dikasihnya," ungkap Juliana.
Bukannya mendapat uang, dengan nada keras Pangundian malah memaki-maki anak kandungnya. Juliani pun jadi berang dan langsung membalas makian suaminya dengan repetan panjang hingga berujung dengan penganiayaan yang dialaminya.
"Waktu anakku minta uang dari depan pintu rumah mertua ku, dia (Pangundian) malah ngomong kotor dan mengatai anak kami seorang pengemis. Dibilangnya sama keponakannya dari dalam rumah, 'Tutup pintunya. Ada pengemis di luar yang mau minta-minta'. Jadi saya merepet, soalnya anak kandungnya sendiri digituin. Rupanya dia makin ngamuk dan melempar ku pakai sepatu hak tinggi hingga kenak keningku. Dilemparnya sampai berdarah-darah di muka anak kami," kenangnya sedih.
Karena tak tahan dengan perlakuan suami yang tak bertanggungjawab dan kerap kasar, bersama bibi dan kedua putrinya yang masih kecil, ia melaporkan sang suami ke kantor polisi.
"Saya sudah gak tahan dek, dari dulu dia sudah sering mukuli saya makanya saya mau pisah. Kalau bisa, dia sepatnya bisa ditangkap dan saya sebenernya sudah lama mau cerai," bebernya lagi sembari menjelaskan untuk menghidupi ke 6 anaknya, ia terpaksa bekerja sebagai pembantu di rumah orang dan menjualkan berbagai macam barang perabot.
"Untuk biaya hidup dan sekolah anak, saya kerja kerja serabutan dek. Kadang disuruh nyuci, menjualkan alat-alat perabot orang," ucapnya lagi, sembari menunjukan bukti lapor LP STBL/3750/XII/2014/PERCUT.
Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol Ronald Sipayung, ketika dikonfirmasi, mengaku masih memproses kasusnya. "Masih dalam proseslah. Nanti korbannya, membawa bukti nikah, KK dan saksi," jelas Ronald. (mri)

No comments:

Post a Comment