Gara-gara Minta
Uang Sekolah Anak
Juliana saat mengadu ke kantor polisi |
MEDAN - Sungguh
miris nasib Juliana (34). Wanita beranak 6, yang tinggal di Jl Mandailing Pasar
7, Gg Kuini, Desa Tembung, Percut Sei Tuan ini terpaksa melaporkan suaminya
lantaran menganiayanya hingga beradah-darah.
Suaminya itu
adalah Pangundian Harahap (36) warga Pasar 7, Beringin Gang Jambu, Tembung.
Juliana melapor dalam kondisi kening bocor hingga berdarah-darah, lantaran
dilempar sepatu berhak tinggi sewaktu membela anaknya yang dihina, Senin
(15/12) pukul 15.00 wib.
Dikisahkannya,
dia sudah 2 tahun pisah ranjang dengan suami. Alasannya, ia merasa tak tahan
dengan perlakuan sang suami yang kerap ringan tangan dan selalu berkata kotor
di hadapan keenam anaknya.
Sejak saat itu,
keduanya pun sepakat untuk pisah ranjang. Pelaku pun tinggal ke rumah mertuanya
yang jaraknya tak begitu jauh dari tempat tinggal korban. Namun dalam urusan
anak, pelaku memberikan uang jajan perharinya dengan jumlah yang tak tentu.
Sayangnya,
kewajiban sebagai ayah itu lama-kelamaan sudah tak dihiraukan Pangundian. Sudah
beberapa bulan ia tak lagi pernah memberikan jatah jajan bahkan uang sekolah
kepada anaknya. Untuk itu, Juliana pun harus memutar otak untuk membiayai hidup
dan sekolah bagi ke 4 putranya.
Karena anaknya
kerap menanyakan uang sekolah dan ayahnya, membuat Julian semakin bingung. Dari
jendela rumahnya, ia lantas melihat keberadaan Pangundian yang masih berada di
rumahnya. Mengetahui suaminya berada di rumah mertuanya, Juliana lantas
menyuruh anaknya datang menemui ayahnya.
"Dia
(Pangundian) Sopir angkot. Pas anak ku yang kelas 3 SMP belum bayar uang
sekolah dan nanyain ayahnya. Terus ku lihat dari jendela rumah. Rupanya ada
ayahnya di rumah mertua ku. Kubilanglah sama anak ku, 'itu ayah mu. Mintak lah
sama dia'. Makanya aku dan anak ku ke sana datang minta uang anakku yang sudah
satu setengah bulan tak dikasihnya," ungkap Juliana.
Bukannya
mendapat uang, dengan nada keras Pangundian malah memaki-maki anak kandungnya.
Juliani pun jadi berang dan langsung membalas makian suaminya dengan repetan
panjang hingga berujung dengan penganiayaan yang dialaminya.
"Waktu
anakku minta uang dari depan pintu rumah mertua ku, dia (Pangundian) malah
ngomong kotor dan mengatai anak kami seorang pengemis. Dibilangnya sama
keponakannya dari dalam rumah, 'Tutup pintunya. Ada pengemis di luar yang mau
minta-minta'. Jadi saya merepet, soalnya anak kandungnya sendiri digituin.
Rupanya dia makin ngamuk dan melempar ku pakai sepatu hak tinggi hingga kenak
keningku. Dilemparnya sampai berdarah-darah di muka anak kami," kenangnya
sedih.
Karena tak
tahan dengan perlakuan suami yang tak bertanggungjawab dan kerap kasar, bersama
bibi dan kedua putrinya yang masih kecil, ia melaporkan sang suami ke kantor
polisi.
"Saya
sudah gak tahan dek, dari dulu dia sudah sering mukuli saya makanya saya mau
pisah. Kalau bisa, dia sepatnya bisa ditangkap dan saya sebenernya sudah lama
mau cerai," bebernya lagi sembari menjelaskan untuk menghidupi ke 6
anaknya, ia terpaksa bekerja sebagai pembantu di rumah orang dan menjualkan
berbagai macam barang perabot.
"Untuk
biaya hidup dan sekolah anak, saya kerja kerja serabutan dek. Kadang disuruh
nyuci, menjualkan alat-alat perabot orang," ucapnya lagi, sembari
menunjukan bukti lapor LP STBL/3750/XII/2014/PERCUT.
Kapolsek Percut
Sei Tuan, Kompol Ronald Sipayung, ketika dikonfirmasi, mengaku masih memproses
kasusnya. "Masih dalam proseslah. Nanti korbannya, membawa bukti nikah, KK
dan saksi," jelas Ronald. (mri)
No comments:
Post a Comment