MEDAN- Terkuak sudah misteri pembongkaran dan
hilangnya jasad dari empat kuburan di Jalan Suryadi, Kampung Agas, Pasar 5,
kemarin (9/12) siang. Ternyata kejadian heboh itu tak terlepas dari andil pihak
keluarga sendiri yang bertransaksi dengan pihak pengembang.
Hal tersebut
diketahui saat Sobirin, salah seorang warga Kampung Agas memergoki tiga
keluarga dari para mayat yang hilang itu, bertemu dengan pihak pengembang
proyek industri di sebuah hotel di sekitar Jalan Cemara Asri, pada Sabtu (6/12)
lalu.
Temuan warga
tersebut pun disampaikan ke Petua Adat Kampung Agas, yakni Syahrum Lubis (75).
Kemudian tokoh masyarakat setempat ini langsung memanggil warganya tersebut.
Benar saja.
Sang petua adat dibuat terkejut, lantaran mendengar keterangan langsung dari mulut
keluarga yang mayatnya sebelumnya disebut-sebut hilang itu.
Karena
ternyata, 3 mayat sudah pindah di taman pemakaman Desa Seintis. Ketiga keluarga
dari mayat tersebut sudah menerima uang masing-masing sebesar Rp20 juta.
"Sudah
gila orang itu. Mayat saudaranya sendiri dijual Rp20 juta sama pengembang. Kan udah gak waras. Buta
gara-gara uang," ujar Syahrum Lubis kepada POSMETRO.
Salah seorang
keluarga dari mayat yang ayah dan abangnya dikubur serta sempat dinyatakan
hilang, tidak bisa menjawab pertanyaan awak koran ini. Karena malu, Fitri (34),
menutup pintu rumahnya. "Gak tau saya bang. Sudah, jangan ganggu
saya," ujarnya.
Kembali kepada
Syahrum Lubis. Sang ketua adat setempat itu mengaku akan mengusir keluarga yang
telah menerima uang untuk memindahkan mayat keluarganya dari atas tanah adat
yang disepakati menjadi tanah wakaf untuk kuburan tersebut. "Akan kami
usir mereka karena telah menjadi pengkhianat. Emangnya ini tanah siapa? Ini
tanah adat. Itu yang harus mereka ingat,” kesalnya.
Informasi
dihimpun, keluarga yang telah menerima masing-masing uang Rp20 juta dan
memindahkan mayatnya ke TPU Desa Seintis itu, di antaranya, keluarga Rizal,
keluarga Abdullah Fendi dan Abdullah Sanif.
Pasca
terkuaknya fakta baru ini, ketiga keluarga itu akan mencabut laporannya dari
polisi. "Mereka akan mencabut laporan ke polisi. Kurang ajar kali memang.
Semalam akting nangis-nangis. Rupanya mayat keluarganya pun dijualnya,"
ujar Sani (45) warga setempat.
Dijelaskan
sejumlah warga, tanah kuburan tersebut memang sangat ingin dikuasai pihak
pengembang. Sebab, lahan ini berbatasan langsung dengan Kawasan Industri Medan
(KIM).
Masih
keterangan dihimpun, pihak pengembang sudah melakukan banyak cara demi dapat
menguasai lahan itu. Salah satunya dengan cara membayar mayat agar kuburannya
dipindahkan. Hal tersebut terungkap dari salah seorang keluarga dari mayat yang
masih bertahan, lantaran tidak mau menerima uang sogokan sebesar Rp20 juta.
Mereka adalah keluarga Tengku Muyus.
"Kami
sudah didatangi beberapa orang dari pengembang. Mereka bawa uang Rp20 juta.
Tapi kami gak mau lah. Kami gak mau menyakiti hati ketua adat kami,"
ujarnya.
Diberitakan
sebelumnya, 4 mayat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Al-Ikhlas, hilang. Yakni
jasad Abdullah Sanif (80), Zul Efendi (37), Rizal (43) dan Tengku Muyus (70).
Syahrum Lubis (75) selaku ketua adat setempat, bersama warga langsung
berbondong mendatangi pemakaman usai dikabari Kenaris. Selanjutnya dia
mengabari pihak keluarga dan akhirnya mengadu ke polisi. Laporan itu dibuktikan
dengan tanda terima laporan: STPL/3039/K/XII/2014/SPKT Resta Medan. (mri)
No comments:
Post a Comment