Thursday, October 16, 2014

Dikasih Obat Kejang, Balita Tewas

Febriansyah foto semasa hidup

PALUTA-
 Usai tenggak obat anti kejang-kejang, seorang balita berusia 1 tahun 8 bulan meninggal dunia di ruang anak RSUD Paluta, Aek Haruaya, Kec. Portibi, Selasa (14/10) sekira pukul 12.00 WIB. Kematian Febriansyah tak hanya meninggalkan luka mendalam bagi ayahnya, Jamal Siregar (35). Tapi warga Desa Hutapuli, Kec. Halongonan itu juga menuding dokter salah memberi resep. Kepada  Metro Tabagsel (grup POSMETRO MEDAN) Jamal menceritakan, ia membawa anaknya berobat ke RSUD Paluta, Senin (13/10) lalu dengan kondisi sakit.  
 Setibanya di RS, anaknya lantas diperiksa dan ditangani oleh dokter spesialis anak dr Windiya SpA. Setelah penanganan pertama yang menghabiskan 6 botol infus, akhirnya dokter menyarankan anaknya menjalani rawat inap. Keesokan harinya, atau Selasa (14/10) sekitar pukul 11.00 WIB, Jamal tak kuasa melihat putranya yang tak henti-hentinya menangis. Karena kawatir, Jamal pun menemui dan berkonsultasi dengan dr Windiya. Oleh dr Windiya, ia diberi resep obat bernama cefarin dan aktaval. Sebelum Jamal membeli obat, dr Windiya pun berpesan bahwa reaksi obat itu nantinya jangan di permasalahkan, sebab obat itu katanya akan membuat si anak diam dan tertidur pulas.
 “Nanti jangan heran ya, obat itu akan membuat anak ini tertidur,” kata Jamal Siregar menirukan ucapan dr Windiya. Tanpa berpikir panjang, Jamal pun membeli obat tersebut ke apotik yang berada di dekat RS seharga Rp150 ribu. Sepulang dari apotik, ia pun segera menyerahkan obat pada si dokter. Lalu atas perintah dokter itu, seorang perawat pun menyuntikkan obat tersebut melalui selang infus yang terpasang pada tangan Febriansyah. Selang setengah jam setelah pemberian obat, Febriansyah akhirnya diam. Semula Jamal mengira anaknya  tertidur pulas. Tapi perkiraan Jamal meleset. Saat diperiksa lagi ternyata Febriansyah telah tidur untuk selamanya.
 “Kami pikir anak kami itu tertidur, saat di periksa ternyata sudah meninggal dunia,” ceritanya. Spontan, Jamal pun mengamuk dan kecewa dengan pelayanan RS. Tapi  ia dan istrinya Maslaini tak bisa berbuat banyak. Bahkan saat mengetahui kejadian ini, kata Jamal, dr Windiya sempat memeriksa kondisi Febriansyah. Tapi usai memeriksa, dokter itu pun berlalu begitu saja tanpa memberikan penjelasan kepada Jamal dan istrinya. “Sampai saat ini, aku belum pernah mendapat penjelasan dari dr Windiya terkait penyebab kematian anakku. Aku tahu ini ajal, tapi kenapa pelayanan di rumah sakit ini sangat buruk ,” geramnya.
 Sementara itu Nenek Febriansyah yang biasa di sapa Ompung Bona (55) saat berada di RS juga mengaku mendengar ucapan dokter yang menyatakan bahwa nantinya jangan heran dengan reaksi obat. Sebab obatnya akan membuat si anak tertidur pulas. “Iya saya juga dengar ucapan dokter itu, katanya jangan heran kalau sudah minum obat, anak ini akan tertidur,” ujar Ompung Bona.
Sementara itu, dokter spesialis anak dr Windiya saat dikonfirmasi via selulernya mengatakan ia hanya memberi obat anti kejang-kejang kepada Febriansyah. Lalu apa penyebab kematian Febriansyah? Ditanya begitu, dr Windiya mengaku tidak bisa menjelaskannya melalui telepon, ia pun menyarankan kru koran ini menemuinya di RSUD Paluta.

 “Saya hanya memberi obat anti kejang-kejang saja, untuk lebih jelasnya, datang saja ke RS, biar bisa kita jelaskan,” pungkasnya. Pantauan kru koran ini Rabu (15/10) saat berada di rumah duka, Desa Hutapuli, Kec. Halongonan, orangtua almarhum Febriansyah terlihat masih syok dan belum bisa melupakan peristiwa itu. Ia berharap kejadian yang dialaminya, kedepannya tidak terjadi kepada orang lain. Jamal pun mengaku sangat kecewa dengan pelayanan RS yang tidak pro rakyat kecil dan bahkan dalam memberikan pelayanan, pihak RS pun terkesan tebang pilih. “Kalau yang kaya, cepat kali di layani, kenapa orang susah seperti kami malah tidak mendapatkan pelayanan yang baik,” tutupnya.(smg/deo)

No comments:

Post a Comment