Thursday, October 30, 2014

Pedagang Es Dawet Ditemukan Tak Bernyawa

Jenazah Rajali yang ditemukan warga.
LANGKAT-
“Menyesal kali aku pak nggak menuruti permintaan bapak tadi malam. Padahal dia minta kukusukkan badannya. Katanya dia capek kali. Tapi aku berasalan aku mengantuk, mau tidur,” isak tangis Fajar (13), meratapi kematian ayahnya.
Ternyata, kata Fajar, itu adalah permintaan terakhir Mohamad Rajali (35) yang ditemukan warga tergeletak tak bernyawa di pinggir Jalan lintas Pasar X, Batang Serangan, Rabu (29/10) siang, tak jauh dari Pos Polantas.
Masih disebutkan anak ingusan ini, ayahnya juga sempat melontarkan kata-kata yang mungkin sampai akhir hidup, tak akan terlupakannya. “Itulah punya anak. Ayahnya capek pun nggak mau dia ngusukin,” kenang Fajar menirukan ucapan Rajali pada Selasa (28/10) malam sekitar pukul 19.30 wib lalu.
Disebutkannya, permintaan Rajali untuk dipijat itu memang tak biasa. “Memang entah kenapa, nggak biasanya bapak minta kusuk sama aku. Pas tadi malam itulah sekitar jam 7 malam, dia minta dipijitin sama aku. Tapi aku nggak mau. Kubilang aku mengantuk mau tidur,” lirih Fajar sambil menyeka bulir air matanya ketika ditemui di rumah duka.
Tak hanya itu, yang semakin membuat Fajar begitu terpukul, pagi harinya sebelum ayahnya ditemukan tak bernyawa, pria yang membesarkannya tersebut memandanginya begitu lama sebelum dirinya berangkat ke sekolah.
”Waktu tadi pagi, nggak pernah-pernahnya bapak kayak gitu. Dia lama sekali memandangiku. Aku pun sempat heran juga. Mungkin itulah tanda-tandanya dia mau pergi meninggalkan kami untuk selamanya,” ungkapnya sambil memandangi wajah Melan (9) adiknya yang juga ikut menangis.
Masih cerita Fajar, padahal kemarin rencananya ayahnya hendak dibelikan celana oleh ibunya untuk dipakai pada malam Jumat nanti. Tapi karena kurang cocok, nggak jadi dibeli.
“Malam Jumat nanti, di rumah inikan mau ada yasinan (wirit-red). Kebetulan kami baru menempati rumah ini sekitar tiga malam. Kalau dulu kami tinggal di gubuk-gubuk. Jadi rencananya, bapak sama mamak mau buat syukuran masuk rumah baru, sekaligus wiritan. Soalnya selama ini kami nggak pernah wirit di rumah. Jadi malam Jumat nanti harusnya wirit pertamalah,” ujar bocah kurus ini.
“Tapi kalau sudah kayak gini, bukan wirit jadinya. Tapi tahlilan,” sedunya sambil memandangi satu persatu pentakziah yang datang ke rumah duka menyampaikan bela sungkawa.
Informasi dihimpun, Rajali, warga Desa Cempa, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat, ditemukan tak bernyawa di kawasan Pasar X Desa Tanjung Beringin, sekitar 200 meter dari Pos Polisi lalu lintas, Rabu (29/10) sekitar pukul 12.45 Wib, oleh warga yang kebetulan melintas di lokasi.
Saat pertama kali ditemukan, posisi korban telentang di pinggir paret. Tak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Kuat dugaan, Rajali tewas karena penyakit jantung yang selama ini dikeluhkan, kambuh tiba-tiba.
Hal itu diketahui dari tidak hilangnya sepeda motor yang digunakan menjual es dawet. Posisinya masih terparkir tak jauh dari jasad Rajali ditemukan. Selain itu, menurut sejumlah warga, setiap harinya korban memang mangkal di kawasan tersebut menjajakan dagangannya.
Oleh warga, penemuan mayat Rajali pun dilaporkan ke Polsek Hinai. Selanjutnya beberapa petugas langsung meluncur ke tempat kejadian perkara guna melakukan penyelidikan sekaligus evakuasi mayat korban.
Istri korban, Cici (32) saat ditemui di rumah duka, mengaku tak punya firasat jelek akan suaminya hari itu. Itu yang membuat ibu dua anak ini tampak sangat depresi lantaran kematian pendamping hidupnya yang begitu mendadak.
Seakan masih belum percaya, Cici mengungkapkan sedikit kekesalannya terhadap korban yang kurang mengindahkan penyakitnya selama ini. ”Dia ada sakit jantungnya. Udah bolak-balik disuruh berobat, tapi dia ngGak mau juga. Dia mikirkan uang perobatannya. Apalagi untuk kebutuhan makan aja kadang susah,” ujar Cici yang begitu yakin kematian suaminya lantaran penyakitnya kambuh.
Selama ini, kata Cici, kalau pun berobat, Rajali hanya membeli obat-obat di kedai. “Obat yang murah-murah itulah bang. Selain jantungnya, belakangan ini dia juga mengeluhkan asam urat di kakinya,“ ujarnya seraya mengaku belum bisa berpikir bagaimana menjalani hari-harinya tanpa sang suami.

Karena yakin kematian suaminya akibat sakit, wanita yang kini menyandang status janda ini pun tak mau mayat Rajali diotopsi. “Korban ada mengidap suatu penyakit belakangan ini dan itu selalu dikeluhkanya kepada sang istri, jadi dugaan kita saat berjualan tadi penyakitnya kambuh, hasil oleh tkp yang dilakukan juga tidak didapati adanya unsur lain dibalik kematian korban ini, makanya keluarganya tidak mau dilakukan otopsi dan mereka telah membuat pernyataan tidak keberatan,” ujar Kanit Reskrim Polsek Hinai, Aiptu N Manurung.(wis)

No comments:

Post a Comment