Jenazah Rajali yang ditemukan warga. |
LANGKAT-
“Menyesal kali
aku pak nggak menuruti permintaan bapak tadi malam. Padahal dia minta
kukusukkan badannya. Katanya dia capek kali. Tapi aku berasalan aku mengantuk,
mau tidur,” isak tangis Fajar (13), meratapi kematian ayahnya.
Ternyata, kata
Fajar, itu adalah permintaan terakhir Mohamad Rajali (35) yang ditemukan warga
tergeletak tak bernyawa di pinggir Jalan lintas Pasar X, Batang Serangan, Rabu
(29/10) siang, tak jauh dari Pos Polantas.
Masih
disebutkan anak ingusan ini, ayahnya juga sempat melontarkan kata-kata yang
mungkin sampai akhir hidup, tak akan terlupakannya. “Itulah punya anak. Ayahnya
capek pun nggak mau dia ngusukin,” kenang Fajar menirukan ucapan Rajali pada
Selasa (28/10) malam sekitar pukul 19.30 wib lalu.
Disebutkannya,
permintaan Rajali untuk dipijat itu memang tak biasa. “Memang entah kenapa,
nggak biasanya bapak minta kusuk sama aku. Pas tadi malam itulah sekitar jam 7
malam, dia minta dipijitin sama aku. Tapi aku nggak mau. Kubilang aku mengantuk
mau tidur,” lirih Fajar sambil menyeka bulir air matanya ketika ditemui di
rumah duka.
Tak hanya itu,
yang semakin membuat Fajar begitu terpukul, pagi harinya sebelum ayahnya
ditemukan tak bernyawa, pria yang membesarkannya tersebut memandanginya begitu
lama sebelum dirinya berangkat ke sekolah.
”Waktu tadi
pagi, nggak pernah-pernahnya bapak kayak gitu. Dia lama sekali memandangiku.
Aku pun sempat heran juga. Mungkin itulah tanda-tandanya dia mau pergi
meninggalkan kami untuk selamanya,” ungkapnya sambil memandangi wajah Melan (9)
adiknya yang juga ikut menangis.
Masih cerita
Fajar, padahal kemarin rencananya ayahnya hendak dibelikan celana oleh ibunya
untuk dipakai pada malam Jumat nanti. Tapi karena kurang cocok, nggak jadi
dibeli.
“Malam Jumat nanti,
di rumah inikan mau ada yasinan (wirit-red). Kebetulan kami baru menempati
rumah ini sekitar tiga malam. Kalau dulu kami tinggal di gubuk-gubuk. Jadi
rencananya, bapak sama mamak mau buat syukuran masuk rumah baru, sekaligus
wiritan. Soalnya selama ini kami nggak pernah wirit di rumah. Jadi malam Jumat
nanti harusnya wirit pertamalah,” ujar bocah kurus ini.
“Tapi kalau
sudah kayak gini, bukan wirit jadinya. Tapi tahlilan,” sedunya sambil
memandangi satu persatu pentakziah yang datang ke rumah duka menyampaikan bela
sungkawa.
Informasi
dihimpun, Rajali, warga Desa Cempa, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat,
ditemukan tak bernyawa di kawasan Pasar X Desa Tanjung Beringin, sekitar 200
meter dari Pos Polisi lalu lintas, Rabu (29/10) sekitar pukul 12.45 Wib, oleh
warga yang kebetulan melintas di lokasi.
Saat pertama
kali ditemukan, posisi korban telentang di pinggir paret. Tak ditemukan
tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Kuat dugaan, Rajali tewas karena
penyakit jantung yang selama ini dikeluhkan, kambuh tiba-tiba.
Hal itu
diketahui dari tidak hilangnya sepeda motor yang digunakan menjual es dawet.
Posisinya masih terparkir tak jauh dari jasad Rajali ditemukan. Selain itu,
menurut sejumlah warga, setiap harinya korban memang mangkal di kawasan
tersebut menjajakan dagangannya.
Oleh warga,
penemuan mayat Rajali pun dilaporkan ke Polsek Hinai. Selanjutnya beberapa
petugas langsung meluncur ke tempat kejadian perkara guna melakukan
penyelidikan sekaligus evakuasi mayat korban.
Istri korban,
Cici (32) saat ditemui di rumah duka, mengaku tak punya firasat jelek akan
suaminya hari itu. Itu yang membuat ibu dua anak ini tampak sangat depresi
lantaran kematian pendamping hidupnya yang begitu mendadak.
Seakan masih
belum percaya, Cici mengungkapkan sedikit kekesalannya terhadap korban yang
kurang mengindahkan penyakitnya selama ini. ”Dia ada sakit jantungnya. Udah
bolak-balik disuruh berobat, tapi dia ngGak mau juga. Dia mikirkan uang
perobatannya. Apalagi untuk kebutuhan makan aja kadang susah,” ujar Cici yang begitu
yakin kematian suaminya lantaran penyakitnya kambuh.
Selama ini,
kata Cici, kalau pun berobat, Rajali hanya membeli obat-obat di kedai. “Obat
yang murah-murah itulah bang. Selain jantungnya, belakangan ini dia juga
mengeluhkan asam urat di kakinya,“ ujarnya seraya mengaku belum bisa berpikir
bagaimana menjalani hari-harinya tanpa sang suami.
Karena yakin
kematian suaminya akibat sakit, wanita yang kini menyandang status janda ini
pun tak mau mayat Rajali diotopsi. “Korban ada mengidap suatu penyakit belakangan
ini dan itu selalu dikeluhkanya kepada sang istri, jadi dugaan kita saat
berjualan tadi penyakitnya kambuh, hasil oleh tkp yang dilakukan juga tidak
didapati adanya unsur lain dibalik kematian korban ini, makanya keluarganya
tidak mau dilakukan otopsi dan mereka telah membuat pernyataan tidak
keberatan,” ujar Kanit Reskrim Polsek Hinai, Aiptu N Manurung.(wis)
No comments:
Post a Comment