>> Terinspirasi Adegan Film Porno
MEDAN-PM
Potret buram dunia pendidikan di negeri ini
kembali terkuak. Di SD Negeri Percobaan Jl. Sei Petani, Kel. Merdeka A Kec
Medan Baru, dua siswi yang masih duduk di bangku kelas 4 SD tega menganiaya
teman sekelasnya secara seksual. Ironisnya lagi, pebuatan itu mereka lakukan
karena terinspirasi adegan film porno.
Kasus
menggemparkan ini terungkap saat puluhan orangtua murid yang menuntut ilmu di sana melakukan aksi
unjukrasa di depan gedung sekolah, Selasa (14/10) siang. Mereka geram menuntut
pelaku kekerasan seksual berinisial Ta (9) dan In (9) segera dikeluarkan dari
sekolah tersebut. Info yang dihimpun kru koran ini di lokasi, aksi kekerasan
seksual ini dilakukan Ta dan In terhadap teman sekelasnya berinisial Nab (9)
saat jam istirahat awal Oktober 2014 lalu.
Saat teman-temannya
asik bermain, Ta dan In malah sibuk menarik paksa Nab yang kala itu sedang
bermain ke dalam kamar mandi sekolah. Setiba di kamar mandi tersebut, Ta dan In
pun meminta kepada 3 rekannya yakni, D, D dan C untuk menjaga di depan pintu
kamar mandi. Dihadapan ketiga temannya tersebut, Ta dan In pun memeloroti
celana dalam Nab. Selanjutnya menggunakan gagang pembersih kamar mandi,
keduanya pun menyogrok kemaluan Nab. Parahnya lagi, kedua bocah tersebut juga
menusuk anus Nab.
"Dimasukkan
mereka gagang pembersih kamar mandi itu ke kemaluan dan duburnya korban. Mereka
melakukannya secara bergiliran," ucap ibu Nab, Sri (34) saat ditemui di
Polresta Medan .
Lebih lanjut, beber Sri, kejadian yang menimpah anaknya tersebut bukan hanya
terjadi dalam sehari, melainkan dilakukan kedua pelaku 3 hari berturut-turut.
"Mulai tanggal 2 Oktober sampai tanggal 4 Oktober 2014 lalu mereka
melakukannya terhadap anak saya. Mereka melakukannya secara bergantian,"
kesal Sri.
Namun, tambah
ibu 3 anak ini, usai mendapat kekerasan dari temannya tersebut, Nab bahkan
tidak memberitahukan hal tersebut kepadanya. Pasalnya, dirinya baru mengetahui
kejadian tersebut dari orangtua salah satu murid. "Ini terungkap lantaran,
si C yang menjaga pintu waktu anak saya mendapat kekerasan itu bercerita kepada
temannya yang berinisila J. Sesampainya di rumah, J menceritakan hal itu kepada
orangtuanya. Karena merespon, orangtua J kemudian mendatangi sekolah esok
harinya untuk mencari anak saya. Siap itu, orangtua J menanyakan apakah benar
cerita J tersebut. Saat itu, anak saya pun mengakuinya. Dan kemudian, orangtua
J mendatangi wali kelas dan saya. Dari situlah saya baru tahu," ungkapnya
sembari menyebutkan hal tersebut terungkap pada 7 Oktober 2014 lalu.
Setelah hal
tersebut terungkap, beber Sri, dirinya dan pihak sekolah pun kemudian melakukan
pertemuan. Saat itu, dirinya dan saudaranya yang kerap dipanggil Tante
mendatangi Ta. "Saat itu. Ta mengakui perbuatannya. Dan dari interogasi
Tante, dia mengaku melakukan itu lantaran dia kerap nonton video porno di
hapenya," ungkapnya. Usai diinterogasi, Ta kemudian disuruh kembali ke
dalam lokalnya. Ironisnya, murid yang jadi kepala geng di sekolah itu justru
mendatangi ke 3 temannya yang menjaga pintu kamar mandi saat dirinya dan In
melakukan kekerasan terhadap Nab.
"Dimarahinya
teman-temannya itu. Dibilangnya gara-gara kalian saya dipanggil. Kan ngeri kali itu. Anak
seusia dia sudah ngancam kayak gitu. Untungnya ada guru yang melihat itu dan
menegurnya," potong Tante yang kala itu menemani Sri ke Polresta Medan. Lebih
lanjut, beber Tante, mereka sengaja datang ke sekolah tersebut untuk meminta
kedua pelaku dikeluarkan. "Saat itu pihak sekolah mengatakan kalau
kejadian itu merupakan kasus biasa. Makanya, saat itu kami bilang kasus ini
bisa ditutup jika ke 2 pelaku dikeluarkan. Tapi nyatanya tidak dikeluarkan
sampai batas waktu yang ditentukan. Makanya kami melaporkan ini. Soalnya, uda 2
kali pertemuan dan hasilnya pihak sekolah tidak mengeluarkan mereka,"
ungkapnya.
Kemudian,
beber Sri, dalam pertemuan terakhir yang terjadi Senin (13/10) kemarin, pihak
sekolah dengan tengas mengatakan sesuai dengan ketentuan pendidikan, pihaknya
tidak akan mengeluarkan keduanya. "Kan
kesal kita lihatnya. Sudah jelas anak saya jadi korban dan kami pun sudah
memvisumnya. Tapi kenapa mereka masih sekolah disitu. Kesal kali kami,"
ungkapnya. Lebih lanjut, bebernya, dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya, orangtua
Ta, Irwansyah Harahap warga Jl. Iskandar Muda Medan bersikeras anaknya tidak
bersalah. Sementara, orangtua In, Vincentius yang merupakan warga Jl. Dewa
Ruchi Medan sekaligus yang bekerja di BII tidak banyak komentar.
"Yang
berperan andil ya orangtua Ta, Irwansyah yang merupakan LSM di Pekan Baru.
Kalau Vincent diam aja hanya ngikuti Irwansyah," ujarnya sembari
mengatakan kalau mereka telah melaporkan hal itu ke KPAID Sumut, Senin (13/10)
lalu. Untuk itu, dirinya mendatangi Polresta Medan untuk melapor agar pelaku
mendapat ganjaran yang pantas. Disamping itu, pihak sekolah SD Negeri Percobaan
tersebut mendapat pengawasan dari seluruh insan. "Kita minta pelakunya
untuk diadili. Makanya kita mau melaporkan hal tersebut ke mari. Dan sekolah
itu kita minta mendapat pengawasan dari semua pihak. Kedatangan kami kemari
juga atas dukungan dari para orang tua murid yang sekolah di sana ," pungkasnya. (ind/deo)
No comments:
Post a Comment