Thursday, October 16, 2014

2 Siswi SD Aniaya Teman Sekelas

>> Terinspirasi Adegan Film Porno

MEDAN-PM
 Potret buram dunia pendidikan di negeri ini kembali terkuak. Di SD Negeri Percobaan Jl. Sei Petani, Kel. Merdeka A Kec Medan Baru, dua siswi yang masih duduk di bangku kelas 4 SD tega menganiaya teman sekelasnya secara seksual. Ironisnya lagi, pebuatan itu mereka lakukan karena terinspirasi adegan film porno.
Kasus menggemparkan ini terungkap saat puluhan orangtua murid yang menuntut ilmu di sana melakukan aksi unjukrasa di depan gedung sekolah, Selasa (14/10) siang. Mereka geram menuntut pelaku kekerasan seksual berinisial Ta (9) dan In (9) segera dikeluarkan dari sekolah tersebut. Info yang dihimpun kru koran ini di lokasi, aksi kekerasan seksual ini dilakukan Ta dan In terhadap teman sekelasnya berinisial Nab (9) saat jam istirahat awal Oktober 2014 lalu.
Saat teman-temannya asik bermain, Ta dan In malah sibuk menarik paksa Nab yang kala itu sedang bermain ke dalam kamar mandi sekolah. Setiba di kamar mandi tersebut, Ta dan In pun meminta kepada 3 rekannya yakni, D, D dan C untuk menjaga di depan pintu kamar mandi. Dihadapan ketiga temannya tersebut, Ta dan In pun memeloroti celana dalam Nab. Selanjutnya menggunakan gagang pembersih kamar mandi, keduanya pun menyogrok kemaluan Nab. Parahnya lagi, kedua bocah tersebut juga menusuk anus Nab.
"Dimasukkan mereka gagang pembersih kamar mandi itu ke kemaluan dan duburnya korban. Mereka melakukannya secara bergiliran," ucap ibu Nab, Sri (34) saat ditemui di Polresta Medan. Lebih lanjut, beber Sri, kejadian yang menimpah anaknya tersebut bukan hanya terjadi dalam sehari, melainkan dilakukan kedua pelaku 3 hari berturut-turut. "Mulai tanggal 2 Oktober sampai tanggal 4 Oktober 2014 lalu mereka melakukannya terhadap anak saya. Mereka melakukannya secara bergantian," kesal Sri.
Namun, tambah ibu 3 anak ini, usai mendapat kekerasan dari temannya tersebut, Nab bahkan tidak memberitahukan hal tersebut kepadanya. Pasalnya, dirinya baru mengetahui kejadian tersebut dari orangtua salah satu murid. "Ini terungkap lantaran, si C yang menjaga pintu waktu anak saya mendapat kekerasan itu bercerita kepada temannya yang berinisila J. Sesampainya di rumah, J menceritakan hal itu kepada orangtuanya. Karena merespon, orangtua J kemudian mendatangi sekolah esok harinya untuk mencari anak saya. Siap itu, orangtua J menanyakan apakah benar cerita J tersebut. Saat itu, anak saya pun mengakuinya. Dan kemudian, orangtua J mendatangi wali kelas dan saya. Dari situlah saya baru tahu," ungkapnya sembari menyebutkan hal tersebut terungkap pada 7 Oktober 2014 lalu.
Setelah hal tersebut terungkap, beber Sri, dirinya dan pihak sekolah pun kemudian melakukan pertemuan. Saat itu, dirinya dan saudaranya yang kerap dipanggil Tante mendatangi Ta. "Saat itu. Ta mengakui perbuatannya. Dan dari interogasi Tante, dia mengaku melakukan itu lantaran dia kerap nonton video porno di hapenya," ungkapnya. Usai diinterogasi, Ta kemudian disuruh kembali ke dalam lokalnya. Ironisnya, murid yang jadi kepala geng di sekolah itu justru mendatangi ke 3 temannya yang menjaga pintu kamar mandi saat dirinya dan In melakukan kekerasan terhadap Nab.
"Dimarahinya teman-temannya itu. Dibilangnya gara-gara kalian saya dipanggil. Kan ngeri kali itu. Anak seusia dia sudah ngancam kayak gitu. Untungnya ada guru yang melihat itu dan menegurnya," potong Tante yang kala itu menemani Sri ke Polresta Medan. Lebih lanjut, beber Tante, mereka sengaja datang ke sekolah tersebut untuk meminta kedua pelaku dikeluarkan. "Saat itu pihak sekolah mengatakan kalau kejadian itu merupakan kasus biasa. Makanya, saat itu kami bilang kasus ini bisa ditutup jika ke 2 pelaku dikeluarkan. Tapi nyatanya tidak dikeluarkan sampai batas waktu yang ditentukan. Makanya kami melaporkan ini. Soalnya, uda 2 kali pertemuan dan hasilnya pihak sekolah tidak mengeluarkan mereka," ungkapnya.
Kemudian, beber Sri, dalam pertemuan terakhir yang terjadi Senin (13/10) kemarin, pihak sekolah dengan tengas mengatakan sesuai dengan ketentuan pendidikan, pihaknya tidak akan mengeluarkan keduanya. "Kan kesal kita lihatnya. Sudah jelas anak saya jadi korban dan kami pun sudah memvisumnya. Tapi kenapa mereka masih sekolah disitu. Kesal kali kami," ungkapnya. Lebih lanjut, bebernya, dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya, orangtua Ta, Irwansyah Harahap warga Jl. Iskandar Muda Medan bersikeras anaknya tidak bersalah. Sementara, orangtua In, Vincentius yang merupakan warga Jl. Dewa Ruchi Medan sekaligus yang bekerja di BII tidak banyak komentar.

"Yang berperan andil ya orangtua Ta, Irwansyah yang merupakan LSM di Pekan Baru. Kalau Vincent diam aja hanya ngikuti Irwansyah," ujarnya sembari mengatakan kalau mereka telah melaporkan hal itu ke KPAID Sumut, Senin (13/10) lalu. Untuk itu, dirinya mendatangi Polresta Medan untuk melapor agar pelaku mendapat ganjaran yang pantas. Disamping itu, pihak sekolah SD Negeri Percobaan tersebut mendapat pengawasan dari seluruh insan. "Kita minta pelakunya untuk diadili. Makanya kita mau melaporkan hal tersebut ke mari. Dan sekolah itu kita minta mendapat pengawasan dari semua pihak. Kedatangan kami kemari juga atas dukungan dari para orang tua murid yang sekolah di sana," pungkasnya. (ind/deo)

No comments:

Post a Comment