Thursday, October 16, 2014

Polisi Tendang Ibu Hamil dari Kereta

>> Mantan Pacar Dinikahi Ketua LSM 

Sa menemani suaminya Sudario yang berbaring di rumah sakit.

STABAT–
  Dilaporkan kasus penganiayaan dan penyekapan tak membuat Brigadir TA (28) jera. Maklum, tak ada tindakan dari institusinya. Karena itupula, TA kembali berulah. Cewek yang pernah disekapnya, kembali terluka setelah ia tendang saat dibonceng suaminya, Selasa (14/10). Perempuan malang itu adalah SA (20). Kala itu, dia yang dalam keadaan hamil dibonceng suaminya, Sudario (59) sekitar pukul 23.30 WIB. Mereka baru pulang dari Pasar Kaget Binjai. Sudario mengendarai sepeda motor dan memutar dari depan kantor PTPN II, persisnya di lokasi Coklatan, jalan lintas lewat simpang maut.
  Dia berencana memutar. Namun baru saja memutar arah, tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara bentakan dan ancaman agar mereka menghentikan sepeda motor. Saat menoleh, Sudario melihat yang membentaknya seorang pria sambil mengeluarkan sebilah pisau. Melihat itu, Sudario cemas. Apalagi, pria itu memegang pisau dan kondisi sudah larut malam. Sudario justru malah semakin tancap gas. Sialnya, pengendara tersebut mengejar dan langsung memepet sambil menendang stang sepeda motor bebek Sudario.
  Tak bisa mengendalikan, kereta Sudario oleng. Dia dan istrinya, SA langsung nyungsep ke aspal. Melihat itu, pengendara itu kabur meninggalkan keduanya. Sudario yang diketahui adalah ketua salah satu LSM di Langkat, dan istrinya yang sedang hamil, mengalami luka serius. Keduanya diselamatkan seorang tukang becak yang kebetulan melintas dan keduanya dilarikan ke Klinik Prima Medica. “Kami malam itu dari Pasar Kaget. Sepulangnya dari sana, kami pulang dan memutar dari arah Kwala Bingai, Kantor PTP. Persis di lokasi coklatan itu. Gitu memutar, tiba-tiba dari arah belakang ada yang membentak kami sambil mengeluarkan pisau dari tasnya. Akupun langsung tancap gas,” ujar Sudario saat ditemui kemarin (15/10).
  “Setelah itu, orang yang membentak kami itu, juga naik sepeda motor terus mengajar dan langsung memepet kami sambil menendang stang keretaku. Tak bisa lagi kukendalikan, lalu oleng. Kamipun langsung terjatuh dan aku juga setelah itu tak tahu lagi apa yang terjadi. Aku tahunya setelah berada di klinik ini,” tambahnya dengan sejumlah luka di wajah dan tubuh. Sementara itu, SA mengaku bersyukur karena kehamilannya tak terganggu akibat insiden tersebut. “Untung aja aku tidak sampai terjadi dengan kehamilanku, hanya luka di tangan dan kaki. Sedangkan suamiku setelah jatuh itu dia pingsan dan tak sadarkan diri. Dia tahu aja setelah di sini dan sudah diinfus,” tambahnya.
  Ketika disinggung apakah mereka mengenali pelaku yang sudah membuat mereka terjatuh seperti ini. ”Aku kenal bang. Dia itu polisi, namanya M Amri Sitepu, pangkatnya brigadir. Dulu pernah bertugas di Binjai tetapi sekarang aku tak tahu dan dia juga bekas pacarku,” sambar SA. “Tapi aku tak tahu entah apa kok dia melakukan itu. Setahu kami, antara saya dengan dia setelah saya menikah tak pernah ada hubungan apapun. Kok dia melakukan itu sama aku, sedangkan aku sama dia itu sudah tidak ada hubungan apapun sama sekali. Apa maunya dia kok membuat kami seperti ini? Untung saja waktu itu dalam keadaan sunyi kalau tidak mungkin kami sudah mati terlindas mobil,” kata SA kesal.
 Sudario kembali menambahkan. ”Heran juga aku Bang, kok dia itu seperti itu. Apa lagi dia itukan polisi, tentunya tahu aturan hukum dan kalaupun ada sesuatu yang salah sama saya, terutama istriku ini, kan bisa ngomong baik-baik. Atau kalau perlu menempuh jalur hukum dan tidak koboy seperti ini,” ketusnya, mengaku menunggu mertuanya untuk melapor ke polisi.  Menurut keterangan dari petugas klinik yang bernama Fitri, pasien itu diantar oleh tukang becak kemari. Yang laki-laki mengalami patah tulang tangan kanan, pecah batok tempurung kaki kanan, pecah pada bagian pelipis kanan atas dan juga bawah serta banyak lagi luka-luka serius,” terangnya. “Sedangkan pasien yang perempuan hanya mengalami luka ringan di bagian tangan kanan dan juga kaki kanan. Untung saja sejauh ini kehamilannya tidak terganggu akibat kejadian tersebut. Namun atas saran dari dokter pasien ini akan segera kami rujuk ke rumah sakit, guna pemeriksaan lebih lanjut terhadap luka-luka yang dialami,” jelasnya.

>> Pernah Dilapor Kasus Penyekapan
  Ternyata sebelum kejadian ini, SA pernah melaporkan Brigadir AT atas kasus penyekapan pada 18 Maret lalu. Didampingi kedua orangtua dan adik bungsunya, warga Kel. Stabat Kota, Kec. Stabat itu mengisahkan kronologi kejadian yang membuatnya trauma itu. Di ruang SPK Polres Langkat kemarin, SA mengakui berkenalan dengan AT sejak 7 bulan sebelumnya. Dari perkenalan itu, SA mengetahui AT berstatus duda. Belakangan, AT kerap berkunjung ke rumah korban, sampai akhirnya akrab dengan orangtua dan keluarga SA. Karena sosoknya yang begitu baik, SA tak menolak saat AT menyatakan cinta.
  Singkatnya, keduanya pun pacaran. Namun, beberapa bulan kemudian, sikap asli AT mulai kelihatan. Ternyata orangnya cemburuan. Bahkan, setiap kali korban keluar rumah, AT selalu mengucapkan kata-kata bernada ancaman kepadanya.
 Karena merasa terlalu dikekang, SA mulai berpikir ulang soal hubungannya. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk menyudahi kisah asmaranya. Itulah yang memicu kemarahan AT. Pasca putus, hidup SA ternyata tak tenang. Pernah suatu waktu, korban yang tengah melintasi kawasan tak jauh dari Polsek Stabat mengendarai sepeda motor, didorong pelaku hingga terjatuh. Beruntung, mobil yang melintas masih sempat berhenti sebelum sempat menabrak korban.
  Sejak itu, korban terus dihantui rasa ketakutan. Dan ketakutan SA jadi kenyataan. Senin (17/3) malam, korban yang baru pulang dari rumah kakaknya di kawasan Bambuan, Kel. Perdamean, Stabat, dicegat di kawasan Pajak Lama Stabat.  Kala itu, AT mengendarai mobil sedan bersama seorang temannya. Pelaku yang memarkirkan mobilnya, langsung menarik kuat tangan korban dan memaksanya masuk ke mobil. ”Ayo ikut kau,” kata SA mengulang bentakan AT kala itu. Sementara, Honda Beat yang dikendarai SA dibawa teman AT.
 Karena takut, korban coba berontak. Waktu itulah pelaku berang dan menggigit pergelangan kiri SA. Tak puas, kuping, leher dan dahinya juga ditinju. 
  “Kejadianya sekitar jam 21.35 gitulah pak,“ kisah SA. Begitu berada di dalam mobil, SA langsung diancam sebilah pisau. Bukan sekedar mengancam saja, AT juga sempat menggoreskannya ke pipi SA. Kontan ketakutan SA bertambah. Makanya dia hanya diam saja. Bahkan saat tangannya diikat pun, SA tak lagi berani berontak. Dia dilanda kecemasan tinggi. Dia kawatir AT makin nekat bila dia melawan. Dalam kondisi luka kena gigitan dan juga pukulan, SA dibawa ke kediaman At.  “Aku dibawanya ke rumahnya dan dimasukkan ke dalam kamar. Waktu itu aku sempat ditinjunya beberapa kali,” ujarnya, mengaku selama dalam penyekapan, dia dibiarkan seorang diri. Nasib baik masih berpihak ke SA. “Untung aja kunci kamar nggak dicabutnya. Jadi pas dia tertidur, dia tak sadar kalau aku kabur dengan memanfaatnya kunci itu,” beber SA sembari memandangi luka di tangannya yang memerah. Walau dihantui ketakutan akan ketahuan, SA bergegas kabur dan pulang ke rumahnya.
  Kedatangan SA membuat kedua orangtuanya kaget. Maklum, semalaman mereka kehilangan dan mencari tapi tak diketahui dimana keberadaan SA. Orangtua SA makin kaget saat mendengar pengakuannya yang disekap AT. Tak mau berlama lagi, SA langsung didampingi mengadu. ”Dia pernah juga mencabuli aku, tapi aku takut melaporkan, sebab dia selalu mengancam, katanya dia sudah sering membunuh orang, jadi aku takut,” lirih korban berharap pelaku diberikan ganjaran setimpal atas perbuatannya. Tak hanya SA yang merasakan kearoganan AT. Orangtua korban juga kerap dapat ancaman pasca kisah asmara putrinya dan oknum polisi itu berakhir. Gilanya, AT juga masih mengancam saat Sopyan R (54) berada di Polres Langkat mendampingi putrinya melapor.
  ”Aku udah sering diterornya. Barusan juga dia SMS saya, pas di ruangan SPK tadi. Ini SMS-nya,“ tunjuk Sopyan. Dalam SMS yang dikirim via nomor 0823634458** itu tertulis, ”Pak, kalau sempat saya kalian buat laporan, oke ngak ada masalah. Tapi mau kalian bagaimana, aku udah siap menjalani, tapi pikir matang-matang Pak.” Dalam SMS berikutnya, pelaku juga mengirimkan ancaman. “Aku sudah siap, kalianpun harus siap,” ujar Sopyan membacakan SMS AT ke ponselnya.

  “Saya minta pelaku ditangkap dan diproses secara hukum, bila perlu dipecat saja polisi yang membuat rusak citra polisi seperti dia,” tandas Sopyan yang ditemani adiknya Zul SS. Bukti laporan pengaduan korban tadi tertuang dalam Laporan Polisi (LP) No: LP/174/III/2014/SU Lkt Tanggal 18 Maret 2014 diterima SPK Jaga Aiptu Aswin. Sayang, hingga AKBP Yulmar pindah ke Asahan, Brigadir AT belum juga diproses atau ditahan. Kita tunggu gebrakan AKBP Dwi Asmoro. Terpisah, Kapolres Langkat, AKBP Dwi Asmoro, mengaku belum mengetahui soal kasus pelaporan Brigadir Amri Sitepu pada Maret lalu. “Nanti saya cek dulu. Sepulangnya dari Jakarta ini, akan saya periksa kasusnya,” ujarnya kemarin malam sekitar pukul 20.00 WUB, seraya mengaku sedang rapat di Mabes Polri. (tim) 

No comments:

Post a Comment