Tuesday, November 4, 2014

Habis Bunuh Abang, Cium Ibu Baru Kabur

SIBOLGA -
Air mata dan isak tangis Sarima Hutauruk (41) seakan tak ada habisnya, saat jasad Herison Hutabarat asli Pak Mario (42), dimakamkan di TPU Gereja HKBP Sarudik, kemarin (3/11) siang. Dari silih berganti pelayat datang, begitu juga dengan teman-teman satu sekolah anaknya, hanya Sarima yang terus menangis histeris.
Sedangkan ketiga anaknya tidak menangis, namun terus menatap wajah ayahnya yang sudah terbujur kaku. Begitu juga dengan Br Sitompul, ibu korban, beserta 2 saudara korban lainnya, hanya meneteskan air mata. "Amos bunuh ma au asa rap mate au dohot abang mon (Amos bunuh sajalah aku, biar sama-sama mati aku sama abangmu ini)," histeris Sarima.
Dia juga mengungkapkan kekuatirannya mengasuh ketiga anak mereka yang masih kecil-kecil. Sebab selama ini, Hersion yang menjadi tulang punggung keluarga, meski kesehariannya cuma berjualan tuak. "Beha ma au Pak Rio (anak pertamanya) mangurus gelleng mon (gimanalah aku Pak Rio mengurus anak-anakmu ini, red)," tangisnya, tak mampu menahan air matanya yang terus mengalir.
Sekira pukul 14.00 WIB jenazah korban dibawa dengan mobil ambulace menuju TPU gereja HKBP Sarudik. Peti jenazah diangkat beramai-ramai oleh pemuda warga sekitar diikuti Sarima dari belakang yang terus menangis.
Dalam tangisnya Sarima merasa kalau suaminya telah pergi mendatangi mertuanya yang sudah meninggal 2 tahun yang lalu. “Amang, nga ro be amang anakmu mandongani ho (Bapak mertua, sudah datang anakmu menemanimu),” ucapnya.
Sementara, Amosen mengaku menyesali semua perbuatannya. Anak keempat dari lima bersaudara itu meminta maaf kepada ibunya, kakaknya, kakak iparnya (istri korban) dan anak-anak abangnya yang masih bocah.
“Saya sangat menyesal sekali atas kejadian ini, untuk itu, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada ibu saya, kakak saya, istri abang saya. Penyesalan dan permohonan maaf ini terutama kepada anak-anak abang saya yang saat ini masih kecil-kecil, saya menyesal dan minta maaf yang sebesar besarnya,”  ungkapnya berurai airmata di Mapolres Sibolga, Senin (3/11).
Menurutnya, permasalahan ini sebenarnya terjadi karena adanya pertengkaran antara ibunya dengan istri abangnya (korban). Dimana dalam pertengkaran itu, korban cenderung membela istrinya. Kebetulan dirinya sudah minum tuak, hingga akhirnya dia lepas kendali.
“Niat saya sebenarnya tidak ada untuk menikam abang saya, namun pada saat pertengkaran tersebut dirinya masuk ke dapur untuk mengambil es batu dan melihat ada pisau. Saya menikam abang hanya sekali saja. Setelah menikamnya, saya tidak langsung melarikan diri, namun terlebih dahulu mencium ibu saya dan barulah saya pergi,” jelasnya.
Menurut tersangka, sebelum terjadinya perkelahian antara dirinya dan abangnya, sudah lebih dulu ada permasalahan keluarga, yakni permasalahan pertengkaran antara ibunya dan istri abangnya. Keluarga abangnya yang berjualan tuak sekitar 10 meter dari rumah tempat tinggal tersangka. Sementara ibunya berjualan barang kelontong di rumah mereka.
“Istri abang saya sering ngomong ke orang-orang bahwa barang yang dijual ibu saya mahal. Dan jika cerita pada orang-orang selalu tentang Boru Hutabarat yang diceritakannya. Saya bilang sama ibu saya agar sabar saja. Tapi entah mengapa, ibu saya saya pergi ke rumah abang untuk menasehatinya. Rupanya kakak saya tidak terima, akhirnya cari masalahlah kakak ini sama ibu saya. Kakak ipar saya itu mengadu sama abang saya yang kemudian mengejar ibu,” tuturnya.

Menurutnya, saat dirinya pulang minum tuak dan sesampainya di rumah, dia sempat berbicara pada adik perempuannya agar jangan pergi ke luar. Disarankannya agar adiknya itu membantu ibunya jaga warung. Namun saat bicara dengan adiknya, abangnya sudah ada di rumah mereka. Akhirnya dirinya bertengkar dengan abangnya. Amosen mengaku lebih dahulu dipukul oleh abangnya. Hingga akhirnya terjadi perkelahian dan penikaman itu.(smg/trg)

No comments:

Post a Comment