Friday, January 9, 2015

Antisipasi Polisi Perampok,Senpi Diperksa Sekali Seminggu

  MEDAN - Untuk mengantisipasi adanya geng polisi perampok yang sebelumnya telah mencoreng nama polisi di Kota Medan, Kapolsek Medan Area Kompol Yudi SIk SH memeriksa senpi. Agenda ini, katanya akan dilakukan tiap hari Rabu.
  Setiap sekali dalam seminggu itu, Kapolsek akan memeriksa semua pistol anggotanya, termasuk soal izin apakah masih berlaku atau sudah mati. "Kita setiap hari Rabu melakukan pemeriksaan rutin, guna mengatisipasi hal-hal yang tak diinginkan terjadi di wilayah hukum kita," ucap Yudi.
  Bukan saja izin. Anggota polisi pemegang pistol yang bertugas di Polsek Medan Area juga harus memberikan keterangan, berapa peluru yang sudah dipakainya, sehingga tidak ada lagi polisi koboi.
  "Jangan sampai ada lagi polisi koboi. Walau pun belum terjadi di wilayah kita, atau menghilangkan pistolnya dan meletakkan pistol miliknya sembarangan, ini kita lakukan guna menertibkan anggota. Supaya punya rasa tanggung jawab yang tinggi," tegasnya.(mri)

Merasa Diduakan, Efan Gorok Kekasih Sampai Tewas

   MEDAN - Cintaku bertepuk sebelah tangan. Judul lagu yang dibawakan Dewa 19 ini lah pantas ditujukan kepada kisah asmara Efan Rusmana. Merasa diduakan, Ia pun nekat menggorok leher kekasihnya, Marliza (21) hingga tewas di Terminal CafĂ© & Resto, Jalan Krakatau, Kecamatan Medan Timur, Minggu (21/9) malam lalu.
   Akibat perbuatannya itu, Efan pun terancam hukuman mati. Itu terungkap saat Jaksa Penuntut Umum (JPU) Mirza Erwinsyah SH mendakwanya dengan pasal berlapis 
Yakni Pasal 340 KUHPidana tentang pembunuhan berencana, Pasal 338 KUHPidana tentang pembunuhan dan Pasal 351 ayat 2 KUHPidana. “Terdakwa terancam hukuman mati,”ujar Mirza saat membaca dakwaan di lantai III Pengadilan Negeri Medan, Kamis (8/1) siang.
   Usai membacakan dakwaan, majelis hakim yang diketuai Nelson J Marbun menunda sidang pekan mendatang dengan agenda mendegarkan keterangan saksi. Sebelum bersidang, Efan yang hadir mengenakan lobe krem tampak dalam pengawalan petugas kepolisian dan pengawal tahanan.
   Efan yang sempat ditemui mengaku kalau dirinya sangat mencintai dan takut kehilangan kekasihnya, Marliza. “Aku sayang dia, tapi dia malah bermain dibelakangku dengan laki-laki lain,”ujar Efan sambil tertunduk.
   Mengenang aksi sadisnya, Efan mengaku telah kehilangan akal sehatnya setelah cekcok dengan Marliza.  "Aku khilaf, nggak tau kenapa aku bisa tega kayak gitu. Seolah-olah semua perbuatanku sudah diatur dan seperti ada menyuruh. Setelah kejadian itu, baru tersadar kalau aku membunuh orang yang kusayangi,”ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
   Dikatakan pria berkulit putih ini, kalau ia sudah memikirkan untuk menikahi kekasihnya, Marliza. “Aku lagi ngumpulkan uang untuk menikahinya. Tapi kenapa aku dikecewainnya, makanya kesal kali,”ucapnya sambil menggengam kedua tangannya.
Akibat perbuatan itu, lanjut Efan, selama mendekam di penjara hidupnya tak tenang. ”Aku gelisah terus. Kalau menutup mata, aku teringat waktu kami sama-sama dulu sampai kejadian itu terjadi,”terangnya.
   "Aku nyesal kali, sumpah aku nyesal. Aku minta maaf sama keluarga Marliza. Sampai saat ini aku belum sempat minta maaf, karena aku belum tahu nomor keluarganya. Dan aku juga masih takut,"sambungnya, sembari mengatakan pasrah dan menerima apapun hukumannya.
   Sebelumnya, Efan cemburu karena kekasihnya Marliza (21) warga Panipahan, Riau menjalin asmara dengan pria lain. Kecemburuannya itupun, membuatnya nekat menghabisi Marliza. (bay/han)

Gali Kubur Nyambi Kurir Sabu

   MEDAN - Abdul Majid (32) warga Jalan Garu II, Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas, kini mendekam di balik jeruji Polsek Medan Timur, sejak Jumat (2/1) lalu. Pasalnya, penggali kubur ini diringkus saat mengantar sabu dengan polisi.
Penangkapan terhadap Majid, bermula dari informasi masyarakat mengenai adanya bandar narkoba di seputaran Jalan Brigjen Katamso.  Mendapat informasi itu, petugas Polsek Medan Timur melakukan pengintaian terhadap salah seorang bandar berinisial B, dengan menyaru sebagai pembeli.
   Karena itu, petugas pun memesan sabu sebanyak 15 gram kepada B dengan harga per gramnya Rp1 juta. Setelah bernegosiasi selama 3 hari, kesepakatan pun tersebut pun akhirnya terpenuhi dan Simpang Jl. Brigjend Katamso/Jl Pelangi Medan menjadi lokasi yang ditentukan.
   Kala itu, B membawa Majid untuk bertransaksi. Karena sudah 1 bulan menjadi kurir B, Majid pun biasa saja memegang barang haram tersebut.
Namun sial baginya, ketika memberikan sabu kepada petugas yang menyaru. Seketika itu juga gari melingkar di tangannya. Melihat Majid diciduk, B pun kabur.
  Sementara itu, Majid pun diboyong untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. “Aku masih sebulan jadi kurir,”ujar Majid, saat ditemui Kamis (8/1) siang.
Dikatakan pria yang lengannya bertato ini, bahwa itu semua dilakukannya dengan keterpaksaan. "Aku cuma pengantar aja bang. Kulakukan ini untuk biaya anakku sekolah dan menambah uang biaya kontarakan rumah orangtua. Aku kerja cuma sebagai penggali kuburan di perkuburan musli di Katamso. Makanya cari sampingan ngedarkan sabu,”ungkapnya.
   Dijelaskannya, bahwa barang haram yang diedarkannya didapat dari seorang bernama Lae dan B. "Baru sebulan ini aku jadi kurir sabu. Itupun karena disuruh sama si B, karena kebetulan kawan aku sama dia. Kalau bandarnya namanya biasa dipanggil si Lae, turunan thionghoa. Kalau untuk upah, cuma dapat Rp 200 ribu sekali antar. Tergantung berapa banyak pemesannya,”bebernya lagi.
   Sementara itu, Kapolsek Medan Timur Kompol Juliani Prihartini mengatakan bahwa pihaknya tengah melakukan pengejaran terhadap dua tersangka berinisial L dan B.
   "Tersangka kita ringkus dengan cara undercover buy dimana anggota menyaru sebagai pembeli. Tersangka dikenakan Pasal 114 ayat 2 UU 35 tahun 2009 tentang penyalah gunaan narkotika dengan ancaman hukuman maksimal 20 tahun kurungan penjara," pungkasnya. (ind/han)

To Poy Diciduk Saat Pesta Sabu

   BINJAI - Apes dialami SA alias Ahsan alias To Poy (29). Ayah 3 anak ini diringkus petugas Polsej Binjai Utara saat pesta sabu-sabu bersama 2 temannya di sebuah rumah di Jalan Bakti, pasar III, Desa Sidomulyo, Binjai, Rabu (7/1) siang.
   Kapolsek Binjai Utara AKP Zakaria Lubis, didampingi Kanit Reskrim Aiptu Fery Sirait Kamis (8/1) siang menyebutkan, tersangka berhasil diringkus ketika pihaknya menerima informasi dari masyarakat, terkait keberadaan kumpulan pria diduga sedang menggelar pesta narkoba pada sebuah komplek perumahan di Desa Sidomulyo, Kecamatan Binjai.
   Menindaklanjuti laporan tersebut, sejumlah polisi berpakaian preman lantas diterjunkan ke lokasi yang dicurigai. Saat dilakukan penggerebekan, To Poy berhasil ditangkap. Dari warga Jalan Tengku Amir Hamzah, Pasar II Tionghoa, Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara ini diamankan satu paket kecil sabu seberat satu gram, berikut perangkat hisap bekas pakai berupa bong, pirek dan 8 buah korek api.
   Sedangkan dua temannya berinisial NK dan AH berhasil kabur. Dengan kondisi sempoyongan, To Poy mengaku sudah 6 tahun jadi pecandu dan telah 5 bulan terakhir menjalani proses rehabilitasi.
   Hasil pemeriksaan, To Poy mengaku membeli sabu dari seorang bandar narkoba kenalannya berinisial I, warga Desa Titi Papan, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, seharga Rp 200 ribu per paket. (bam/han)

Anak Cekik Ibu Sampai Ampun-ampun

  MEDAN - Kelakuan Frans Antoni alias Bimo (27) memang bener-benar kelewatan. Sudahlah masih menumpang di rumah orang tuanya, pria pengangguran ini malah serasa menjadi kepala rumah tangga. Di semena-mena memukuli adik perempuan serta mencekik ibunya sampai ampun-ampun.
  Sungguh biadab memang. Padahal dulunya sewaktu kecil, sang ibu betapa sangat menyayanginya dan merawatnya tanpa pamrih. Namun kebaikan wanita yang melahirkannya itu malah dibalas dengan kekejian.
  Lantaran tak tahan dan takut akan penyiksaan yang dilakukan Bimo, membuat Nona Melisa (22) dan ibunya Minda Yasin (54) melarikan diri dari rumah mereka di Pekan Senin, Desa Bandar Setia. Selanjutnya ibu dan putrinya itu melaporkan kejadian itu ke Mapolsek Percut Sei Tuan, Kamis (8/1) sekira pukul 14.00 wib.
  Menurut pengakuan kedua ibu dan putrinya ini di kantor polisi, permasalahan yang timbul dalam keluarga itu kerab terjadi tanpa ada pemicu yang jelas.
  Dalam setiap ada persoalan yang terjadi, adik perempuan bahkan ibunya sendiri sering mendapatkan perlakuan tak layak berupa makian, perkataan kotor sampai penganiayaan.
  Menurut keduanya, tadinya Bimo tidak tinggal di rumah itu. Tetapi bersama istrinya. Tapi entah mengapa, Bimo datang bersama istri dan anaknya dan akhirnya menetap ke rumah orang tuanya itu sejak November 2014 lalu.
  Selama tinggal di situ, Bimo yang diketahui anak pertama dari 5 bersaudara ini, sering membuat onar. Apalagi ternyata belakangan dia tak memiliki pekerjaan lagi.
Parahnya, Bimo sudah mengenal narkoba. Bahkan sang ibu pernah memergoki anaknya menyedot pipet yang menancap di gelas air mineral dan mengeluarkan asap.
  "Dia baru datang dan tinggal di rumah mamak. Tapi di situ dia sering maki-maki kami dan mengancam mau dibelah pakai parang. Dia gitu, karena gak kerja dan sering pakai narkoba. Makanya kami sudah tak tahan. Semalam kami pun jadi gak tinggal di situ karena takut. Dia juga mengancam, katanya 'kalau aku dicari polisi, kelen kubunuh'," aku Nona Melisa, adik Bimo.
  Hingga puncaknya terjadi kemarin sore, saat itu datang tamu yang ingin menagih hutang kepada Nona. Di hadapan sang tamu, Bimo lantas marah-marah kepada adiknya itu, hingga membuat sang penagih hutang bingung serta ketakutan.
  Karena takut terjadi hal yang tak diinginkan, tamu tadi lantas pergi dari rumah itu. Namun kemarahan Bimo terus berlanjut kepada Nona, hingga terjadi pertengkaran hebat.
Sangking marahnya, Bimo tega menampar dan memukuli adiknya itu. Teriakan Nona dan keluarnya darah yang menyebabkan bibir Nona membengkak, membuat sang ibu, Minda Yasin mencoba melerai keduanya.
  Apesnya, bukannya malah tenang. Bimo yang semakin kesetanan terus menghujat cacian kepada Nona beserta ibunya. Bahkan ibu kandungnya sendiri dicekiknya dengan sekuat tenaga sampai Minda, minta ampun. Karena tak berdaya, orang tua yang sudah udzur tadi lantas memohon agar anak pertamanya itu melepas cekikannya.
  Dikarenakan tak melawan, Bimo pun melepaskan tangannya dan mengancam sang ibu akan membelah kepalanya jika melawan dan melapor ke polisi. Karena ketakutan, Nona bersama ibunya lantas kabur melarikan diri dari rumah itu.
Herannya, dari kejauhan, Bimo masih saja terus mengancam.    
  "Semalam saya dicekiknya. Saya sudah gak tahan dia sering marah-marah dang ngancam mau dibelahnya pakai parang saya. Memang ngeri kali anak itu. Memang anak pertama tapi tega dia buat gitu sama saya," ungkap orang tuanya sedih.
  Sementara, Nona terpaksa menahan rasa sakit di bibir dan pelipisnya akibat ditampar dan dipukuli oleh Bimo.
  Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol Ronald Sipayung, SH SIK MH ketika dikonfirmasi mengaku sudah menerima laporan korban. "Secepatnya kita akan tindak lanjuti laporannya setelah berkasnya lengkap," ujar Kapolsek. (mri)

Sawan Kambuh, Terkapar di Pos Lantas

   TANAH KARO - Dani Munthe (20), membuat warga Desa Merek, Gempar. Pasalnya, warga Pasar Mati, Padangbulan ini tewas, setelah ditemukan terkulai lemas di Pos Lantas Merek, Kamis (8/1) pagi.
   Melihat itu, warga pun memboyong Dani ke Klinik Pepalemta di Desa Sukadame, Kecamatan Tigapanah. Namun Tuhan berkehendak lain, korban akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
   Menurut perawat klinik yang tidak mau namanya dikorankan, bahwa saat Dani diboyong ke klinik sudah tidak sadarkan diri dengan kondisi mulut mengeluarkan buih. Bahkan ditegaskannya, diduga korban telah tewas dalam perjalanan karena tiba di klinik sudah tidak bernyawa lagi.
   Sementara itu, Kapolsek Tigapanah AKP B Sitanggang ketika dihubungi POSMETRO MEDAN membenarkan meninggalnya korban. Sitanggang pun menyebutkan, Dani Munteh tewas karena mengidap penyakit sawan. “Begitu sawannya kumat, dia tidak sadarkan diri,”terangnya.
   Di tempat terpisah, Suparman Munthe, bapak uda korban (adik bungsu ayah Dani-red) kepada POSMETRO MEDAN saat ditemui di Klinik Pepalemta mengaku sangat terpukul.
   Dikatakannya, sebelumnya masih sempat bertemu dengan Dani pada Rabu (7/1) sekira pukul 23.00 WIB. Bahkan mereka pun sempat duduk bersama diteras salah satu warung dekat Stasion Sampri di Desa Merek, Kecamatan Merek. Karena Dani baru datang dari kota Medan dengan menumpangi bus. “Bapak uda saya sudah di jalan, tunggu saya di Merek,” ujar Suparman menirukan ucapan Dani melalui seluler.
   “Begitu dia turun dari mobil, saya lihat dia dalam keadaan setengah sadar  dan mulutnya berbau minuman keras. Melihat keadaan korban, saya sebenarnya tidak berprasangka apa-apa, maklum lah kalau anak muda selepas minum alkohol pasti ada telernya pikirku,”sambung Suparman lagi.
   Meski setengah sadar, lanjut Suparman, ia sempat mengajak Dani  tidur di rumahnya. Namun Dani melok ajakannya. “Korban selama ini dimana pun mau tidur. Bisa di rumah kawannya sesama kerja, mau juga di kantor Polantas Merek,”sebut Suparman, dan mengaku kalau jenajah Dani akan dibawa ke Medan.(cr4/han)

Kelaparan, Gepeng Tewas di Gubuk

   MEDAN - Warga di seputaran Tol Haji Anif, Percut Seituan dihebohkan dengan temuan seorang pria tewas di sebuah gubuk, Kamis (8/1) siang. Belakangan diketahui, korban yang ditaksir berusia 30-an tahun tersebut merupakan gelandangan dan pengemis (Gepeng).
Mayat korban pertama kali ditemukan beberapa anak yang sedang mencari barang bekas (botot-red) di sekitar lokasi. Temuan itupun dilaporkan kepada warga sekitar. Tak lama kemudian, tim identifikasi Polresta Medan pun melakukan olah TKP.
   Dari tubuh korban, tak satupun ditemukan tanda-tanda bekas penganiayaan.   Selanjutnya, jasad pria dengan tinggi sekira 165 centimeter tersebut dievakuasi ke instalasi RSU dr Pirngadi Medan.
   “Kemarin sore, dia (korban) masih saya lihat jalan sempoyongan dan membungkuk dengan tangan memegangi perut,”ujar Rohim (40), warga sekitar.
   Menurut pria yang kesehariannya penambal ban ini, kalau dirinya sempat memberikan Rp10 ribu kepada korban. “Kayaknya dia itu kelaparan. Karena dia sempat beli mie sop dan makan di tepi jalan,”tandasnya, sembari mengatakan kalau korban kerap mondar mandir sambil mengemis pada para pedagang sekitar lokasi.
   "Korban sering ngemis minta makan di sini. Karena kasihan, aku kasih aja lah,”sambung Abdi, pedagang gorengan.
   Hal senada juga dikatakan Mukhlis, warga lainnya. “Aku sempat nanya korban dan mengaku perantau asal Aceh karena tak dapat kerja, makanya jadi pengemis. Sepertinya korban sudah 6 bulan ngemis di sini,”pungkasnya.
   Sementara menurut petugas medis RSU Pirngadi Medan, kalau lambung korban menggembung dan karena tidak terisi. Alhasil, korban kedinginan dan masuk angin. (mri/han)